Paris Saint-Germain (PSG) akhirnya mengukir sejarah sebagai juara Liga Champions UEFA 2024/2025 setelah mengalahkan Inter Milan dengan skor telak 5-0 di final yang digelar di Allianz Arena, Munich, pada 1 Juni 2025. Kemenangan ini bukan sekadar gelar pertama bagi klub ibu kota Prancis tersebut, melainkan penegasan revolusi filosofi sepak bola mereka: beralih dari era “galaktikos” berbasis bintang individu menuju tim kolektif berbakat dengan rata-rata usia hanya 24 tahun.
Dominasi Mutlak Paris Saint-Germain di Final
Sejak wasit István Kovács meniup peluit kick-off, PSG menunjukkan intensitas luar biasa. Gol pembuka tercipta pada menit ke-12: kerjasama apik Vitinha dan Désiré Doué berakhir dengan umpan silang Doué yang diselesaikan Achraf Hakimi. Bek Maroko itu memilih tidak merayakan gol sebagai bentuk penghormatan pada mantan klubnya, Inter Milan. Delapan menit berselang, Doué menggandakan keunggulan. Tembakannya dari sisi kanan kotak penalti membentur Federico Dimarco sebelum melesak ke gawang Yann Sommer. Babak pertama ditutup dengan keunggulan 2-0 meski Inter sempat mengancam melalui Marcus Thuram dan Francesco Acerbi.
Babak kedua menjadi panggung penegasan dominasi PSG. Doué kembali mencetak gol pada menit ke-63 melalui umpan terobosan Vitinha, memperlebar jarak menjadi 3-0. Khvicha Kvaratskhelia, yang baru bergabung Januari lalu, menambahkan keunggulan pada menit ke-73 dengan dribel apik mengalahkan bek Inter sebelum menaklukkan Sommer. Puncaknya, Senny Mayulu (19 tahun), pemain akademi PSG, mencetak gol kelima hanya tiga menit setelah masuk lapangan (menit 87), menutup kemenangan 5-0 yang sekaligus memecahkan rekor margin terbesar dalam sejarah final Liga Champions.
baca juga : Judi Bola Final Liga Champions 2024/2025 PSG vs Inter Milan
Jalan Berliku Paris Saint-Germain Menuju Puncak
Perjalanan PSG menuju gelar ini penuh tantangan. Di fase grup baru format Liga Champions, mereka sempat terpuruk di peringkat ke-15 setelah tiga kekalahan (dari Arsenal, Atlético Madrid, dan Bayern Munich) serta sekali imbang melawan PSV Eindhoven. Titik balik terjadi pada tiga laga terakhir fase grup: kemenangan 3-0 atas RB Salzburg, comeback dramatis 4-2 melawan Manchester City, dan kemenangan 4-1 atas Stuttgart. Pelatih Luis Enrique menyebut trio laga ini sebagai “final kecil” yang menyelamatkan musim.
Di babak gugur, PSG menunjukkan mentalitas pemenang:
- Play-off: Menghancurkan Brest 10-0 agregat (3-0 tandang, 7-0 kandang).
- 16 Besar: Menyingkirkan Liverpool lewat drama adu penalti (1-1 agregat, 4-1 adu penalti) setelah kalah 0-1 di kandang.
- Perempat Final: Mengalahkan Aston Villa 5-4 agregat meski kalah 2-3 di leg kedua.
- Semi Final: Membungkam Arsenal 3-1 agregat, balas dendam atas kekalahan di fase grup.
*Kontributor Kunci Paris Saint-Germain di Liga Champions 2024/2025*
Pemain | Gol | Asist | Peran Penting |
---|---|---|---|
Désiré Doué | 8 | 5 | Pemain Terbaik Final & 3 Gol/Asist di Final |
Ousmane Dembélé | 6 | 9 | Penentu di Semifinal vs Arsenal |
Khvicha Kvaratskhelia | 5 | 4 | Penggawa Serangan Sejak Januari |
Revolusi Filosofi dan Rekor Bersejarah
Kemenangan ini menandai keberhasilan transformasi PSG pasca-kepergian Lionel Messi, Neymar, dan Kylian Mbappé. Alih-alih mengandalkan bintang tunggal, klub menghabiskan €800 juta untuk merekrut pemain muda seperti Doué (19), Bradley Barcola (20), dan João Neves (19). Luis Enrique membangun tim dengan tiga pilar utama: tekanan tinggi (65% penguasaan bola vs Inter), variasi serangan (tujuh pemain berkontribusi ≥5 gol di UCL), dan mental tangguh (bangkit dari posisi 15 di fase grup).
Gelar ini juga mencetak sejumlah rekor:
- Treble Prancis Pertama: Juara Ligue 1 (unggul 19 poin), Coupe de France (3-0 vs Reims), dan Liga Champions.
- Tim Termuda Kedua: Rata-rata usia 24 tahun, hanya kalah dari Ajax 1995.
- Luis Enrique Bergabung dengan Legenda: Menjadi pelatih kedua setelah Pep Guardiola yang meraih treble kontinental dua kali (dengan Barcelona 2015 dan PSG 2025).
Presiden Nasser Al-Khelaïfi menegaskan, “Ini puncak upaya kolektif yang didorong komitmen, semangat tim, dan gairah semua yang menghidupkan klub”. Sementara Marquinhos, kapten sekaligus pemain dengan penampilan terbanyak PSG di Eropa (107 laga), menyampaikan pesan haru: “Saya tidak menyisakan apa pun, saya telah memberikan segalanya. Saya mencintai tim ini”.
Paris Saint-Germain segera beralih fokus ke Piala Dunia Antarklub FIFA 2025 di Amerika Serikat, dimulai dengan laga kontra Atletico Madrid pada 16 Juni. Pelatih Luis Enrique menyatakan antusiasmenya: “Bermain di Piala Dunia Antarklub sesuatu yang fantastis. Kami siap menghadapi klub mana pun”. Gelar Liga Champions juga mengamankan tempat mereka di edisi 2029 dan tiket otomatis ke Liga Champions 2025/2026.
Kemenangan ini sekaligus menjawab ejekan “liga petani” yang kerap dialamatkan ke Ligue 1. Seperti diungkapkan analis, Paris Saint-Germain membuktikan bahwa tim dari liga yang dianggap kurang kompetitif mampu mendominasi Eropa dengan pendekatan modern: mengombinasikan kekuatan finansial (nilai skuad €923,5 juta) dan kebijakan rekrutmen pemain muda berbakat. Steven Gerrard, legenda Liverpool, mengakui keunggulan PSG: “Tim ini bisa mengalahkan Anda dengan kecepatan, teknik, atau strategi. Mereka punya begitu banyak pemain pengubah permainan”.
Bagi jutaan fans Paris Saint-Germain, malam di Munich adalah pembebasan dari penantian 14 tahun sejak akuisisi Qatar Sports Investments (QSI) pada 2011. Gelar ke-37 di era QSI ini menjadi bukti bahwa kesabaran dalam membangun proyek jangka panjang akhirnya berbuah mahkota tertinggi sepak bola Eropa. Seperti diungkapkan Luis Enrique, perjalanan mereka layak diangkat sebagai film: “Awalnya kami buruk dalam penyelesaian, tapi kami terus berkembang”. Kini, Paris tak lagi hanya bermimpi; mereka hidup dalam mimpi itu.